Amerika Serikat menyuntikkan 250 miliar dollar AS ke sejumlah lembaga keuangan. Upaya ini bertujuan menenangkan episentrum krisis keuangan, yang dimulai dari lembaga keuangan. Menurut IMF, dibutuhkan sekitar 1 triliun dollar AS modal baru untuk perbankan global, yang terjebak kredit macet di sektor perumahan AS.
Uni Eropa, Minggu (12/10), mencanangkan suntikan dan pertolongan ke sektor perbankan senilai 2,2 triliun euro (3,023 triliun dollar AS). Negara-negara di Asia dengan pemerintahan yang lebih kaya sudah terlebih dulu menyuntikkan modal sejumlah bank dan mengikuti langkah Eropa dengan menaikkan simpanan nasabah yang dijamin.
Dana 250 miliar dollar AS itu, menurut Menteri Keuangan AS Henry Paulson, Senin di Washington, bertujuan memperkuat modal sembilan bank. Ini bagian dari dana talangan 700 miliar dollar AS, yang sudah disetujui Kongres AS.
Kantor berita Reuters menyebutkan, bank-bank yang akan mendapat suntikan modal antara lain Bank of America Corp, Wells Fargo, Citigroup, JPMorgan Chase & Co, Goldman Sachs, Morgan Stanley, dan Bank of New York Mellon Corp. Sebagian dari bank- bank ini telah menyesakkan nasabah dengan menjual produk investasi yang merobek kantong.
Suntikan modal ini membuat Pemerintah AS menjadi pemilik saham, tetapi tak mempunyai hak suara dalam rapat pemegang saham. Para eksekutif bank dilarang mendapatkan bonus besar.
Pemerintah AS secara temporer menjamin utang-utang dan pinjaman antarbank serta menjamin semua simpanan nasabah. ”Langkah ini akan menaikkan keyakinan publik terhadap sistem keuangan,” kata Paulson.
Sempat rusak
Paul Krugman, ekonom AS yang menerima Hadiah Nobel Ekonomi 2008, mengatakan, ”Saya kini lebih lega ketimbang pekan lalu.” Ia menilai pertolongan terhadap perbankan akan mampu meredakan kepanikan.
Pasar uang juga mulai lepas dari ketegangan. Suku bunga pinjaman antarbank di London (Libor) berjangka tiga bulan turun jadi 4,64 persen dari 4,75 persen. Pasar uang, yang berperan memperlancar transaksi global, mulai keluar dari lingkaran ketakutan. Namun, kerusakan sempat terjadi. Walau tak akan parah, ekonomi AS akan mengalami resesi. ”Krisis keuangan sempat mengganggu kelancaran bisnis dan konsumsi,” kata mantan Gubernur Bank Sentral AS, Paul Volcker.
Di sisi lain, upaya pertolongan pemerintah itu akan mengurangi kas negara. Semua langkah dinilai positif, tetapi hal terpenting adalah reaksi pasar terhadap defisit keuangan pemerintah.
Uni Eropa mengingatkan perlunya mengatur sektor keuangan, di mana para eksekutif memperkaya diri dan membiarkan perusahaan dililit utang. (REUTERS/AP/AFP/MON)
Rabu, 15 Oktober 2008


2:51 PM
Posted in: 

0 komentar:
Posting Komentar