Untuk kepentingan membuat upaya bersama itu, Presiden dan Wakil Presiden Jusuf Kalla memimpin kembali rapat kabinet paripurna yang diperluas di Gedung Utama Sekretariat Negara, Jakarta, Rabu (15/10). Jika rapat sebelumnya mengundang para menteri, pengusaha, pengamat ekonomi, dan pemilik usaha media, rapat kemarin mengundang para menteri, gubernur, dan pengusaha daerah.
”Krisis akan masih terjadi beberapa waktu lagi. Kepada para menteri saya minta disiapkan kontigensi. Jika ada sasaran yang meleset, buat pilihan lain agar masalah tetap dapat diatasi,” ujar Presiden.
Mengenai masih panjangnya krisis global dan dampaknya untuk Indonesia, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) MS Hidayat memperkirakan skenario terburuknya hingga empat tahun, sementara skenario terbaiknya dua tahun. ”Sekarang ini baru awal dari tsunami di bidang ekonomi. Dampak untuk sektor riil akan terasa pada kuartal pertama atau kedua setelah krisis,” ujarnya.
Hal sama dikemukakan pengusaha Sofjan Wanandi yang juga hadir dalam rapat. Namun, menurutnya optimisme tetap harus dijaga. ”Saya pikir, pemerintah saat ini lebih siap menghadapi krisis jika dibandingkan tahun 1998. Namun, jika langkah yang diambil terlambat, krisis akan beralih ke krisis pada sektor riil tahun depan.
Ekonomi syariah
Terkait dengan krisis keuangan global yang mengimbas ke Indonesia, Ketua Asosiasi Bank Syariah Indonesia Riawan Amin menyatakan, masyarakat saatnya sadar untuk mengganti sistem ekonomi yang dijalankan saat ini dengan sistem ekonomi syariah. Pasalnya, sistem ekonomi yang dijalankan sekarang sarat dengan hal-hal ilusi yang menyesatkan.
Krisis yang terjadi di Amerika Serikat, menurut Riawan, karena barang yang diperdagangkan itu tidak riil. Namun, meskipun tidak riil, masih banyak orang yang percaya dan mau membeli. Akhirnya, pada satu titik, sistem ini akan runtuh sendiri karena penuh dengan kebohongan. (INU/har/mam).
Kamis, 16 Oktober 2008
0 komentar:
Posting Komentar