Bank Dunia mengindikasikan kesediaannya memberikan pinjaman siaga (standby loan) kepada Indonesia sebesar 2 miliar dollar AS pada 2009. Pinjaman ini baru akan digunakan kalau pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan di bawah 6 persen.
Hal itu disampaikan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Paskah Suzetta setelah pertemuan bilateral dengan Managing Director Bank Dunia Juan Jose Daboub dan Wakil Presiden Bank Dunia untuk Wilayah Asia Timur dan Pasifik Charles Adam di Washington DC, Amerika Serikat, Sabtu pagi hingga sore waktu setempat atau Minggu (12/10) waktu Jakarta. Paskah didampingi Dirjen Pengelolaan Utang Departemen Keuangan Rahmat Waluyanto dan Deputi Menneg PPN/Kepala Bappenas Lukita Dinarsyah Tuwo.
Menurut Paskah, skema pencairan pinjaman siaga dari Bank Dunia hingga kini belum dibicarakan karena pinjaman ini belum tentu digunakan. ”Kalau pertumbuhan ekonomi kita di atas 6 persen tahun 2009, tentu Indonesia tidak akan menggunakan pinjaman siaga itu,” katanya.
Dijelaskan, yang meminta pinjaman siaga kepada Bank Dunia tidak hanya Indonesia, tetapi juga China, yang pertumbuhan ekonomi dan cadangan devisanya sekitar 1,2 triliun dollar AS.
Paskah dan Rahmat mengatakan, Pemerintah Indonesia tidak menjajaki lagi pinjaman dengan IMF karena yang diperlukan adalah upaya penguatan anggaran negara. Pinjaman terkait IMF ditujukan untuk memperkuat neraca pembayaran.
Revisi asumsi
Dalam Rancangan APBN 2009, asumsi pertumbuhan ekonomi Indonesia ditetapkan 6,3 persen. Namun, kata Paskah, dengan adanya krisis keuangan di AS, asumsi pertumbuhan ekonomi akan direvisi dan dibicarakan lagi dengan DPR pada Senin (13/10).
Pemerintah akan mengajukan usulan besarnya asumsi pertumbuhan ekonomi 2009, yaitu 6,1-6,2 persen. Pemerintah juga menyusun skenario terburuk angka pertumbuhan ekonomi 2009 di bawah 6 persen.
Selain memberikan pinjaman siaga, Bank Dunia juga mengupayakan mengoordinasikan penggalangan dana sebesar 3 miliar dollar AS baik dari lembaga keuangan multilateral maupun bilateral untuk membantu Indonesia menghadapi imbas dari krisis pasar keuangan global.
”Bank Pembangunan Islam (IDB) mengindikasikan kesediaannya memberi pinjaman siaga dan membeli sukuk yang diterbitkan Pemerintah Indonesia,” tutur Paskah. Selain itu, tahun 2009, Bank Dunia juga akan meningkatkan pinjaman program dan refinancing yang sedang berjalan dari semula 1,4 miliar dollar AS menjadi 1,9 miliar dollar AS.
Menurut Rahmat, selain menggunakan dana dari lembaga keuangan internasional untuk memperkuat APBN, pemerintah juga mencari pendanaan langsung dari pasar, antara lain dengan menerbitkan surat utang yang berbasis syariah, yang dilakukan antara lain dengan penempatan langsung ke beberapa investor institusi besar di luar negeri, seperti IDB. Penerbitan sukuk ritel, yang semula direncanakan Oktober 2008, diundur awal tahun depan.
(Tjahja Gunawan Diredja, dari Washington DC, AS)
Senin, 13 Oktober 2008
0 komentar:
Posting Komentar