Para pengusaha tekstil dan produk tekstil di Jawa Barat diliputi rasa cemas menghadapi dampak dari krisis keuangan yang kini melanda Amerika Serikat serta negara-negara di Eropa.
Sejumlah pabrik tekstil dan produk tekstil diperkirakan akan tutup dan melakukan pemutusan hubungan kerja pada tahun 2009.
Namun, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Daerah Jawa Barat Ade Sudradjat, Kamis (9/10) di Bandung, belum dapat memperkirakan jumlah pabrik yang bakal tutup, begitu pula jumlah tenaga kerja yang terkena dampak penutupan pabrik.
Menurut Ade, pemutusan hubungan kerja (PHK) terpaksa dilakukan. Jika tidak, beban perusahaan akan semakin berat sehingga dapat berakibat pada penghentian sementara kegiatan produksi.
”Kami belum bisa berandai- andai atau memprediksinya. Biasanya, usaha kecil akan terkena dampaknya lebih dulu,” kata Ade.
Ekspor ke AS
Jawa Barat (Jabar) merupakan sentra industri tekstil utama di Indonesia. Di Jabar, terdapat lebih dari 700 pabrik tekstil dan menyerap sekitar 700.000 tenaga kerja.
Dampak krisis ekonomi di AS sangat dirasakan oleh industri tekstil di Jabar sebab sekitar 40 persen nilai ekspor tekstil Jabar diperoleh dari ekspor ke AS. Tahun 2007, total nilai ekspor tekstil Jabar mencapai 4,72 miliar dollar AS.
Impor tekstil dan produk tekstil AS dari Indonesia mencapai 4 persen dari total impor tekstil dan produk tekstil AS. Produk yang diimpor dari Indonesia, antara lain, adalah kemeja, blus, piama, dan baju hangat.
”Bila dampak dari krisis di AS itu tak ditangani dengan baik, beban sosial akibat PHK akan lebih berat. Ekspor tekstil dari Jabar ke Amerika Serikat sebagai negara yang mengalami krisis termasuk besar,” kata Ade. (bay)
Jumat, 10 Oktober 2008Kompas
0 komentar:
Posting Komentar