Harga minyak kembali naik pada hari Selasa (14/10) setelah para pemimpin dunia mengeluarkan sejumlah upaya untuk menyelesaikan krisis keuangan global.
Kontrak utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman November, naik 2,02 dolar AS menjadi 83,21 dolar AS, dengan lompatan tertinggi 3,49 dolar AS di New York Mercantile Exchange, kontrak ditutup pada 81,19 dolar AS.
Minyak mentah "Brent North Sea" untuk November meraih 1,51 dolar AS menjadi 78,97 dolar AS setelah meningkat 3,37 dolar AS menjadi 77,46 dolar AS pada Senin di London.
Harga merosot hingga terendah dalam satu tahun di bawah 80 dolar AS per barel pada Jumat ketika ekuitas global mencair yang memunculkan kekhawatiran resesi yang akan menggangu permintaan energi. "Ada bagian-bagian tertentu yang menunjukkan kepanikan masih berlangsung," kata David Johnson, analis minyak pada Macquarie Securities di Hong Kong.
Namun, tambah Johnson, pedagang kemungkinan merasa harga jatuh terlalu jauh dalam jangka pendek, yang memunculkan kenaikan pada pekan ini sementara pasar menaksir kembali kemana akan melangkah.
Analis Sucden, Nimit Khamar mengatakan harga berubah menjadi lebih tinggi setelah para pemimpin dunia menggelontorkan banyak rencana selama akhir pekan lalu untuk membantu menstabilkan sistem perbankan mereka.
Sejumlah upaya makin menguat pada pekan ini, dengan Inggris memompa 37 miliar pound (65 miliar dolar AS) ke tiga bank yang sedang bermasalah. Jerman dan Prancis juga mengeluarkan paket penyelamatan besar-besaran.
Australia juga telah mengumumkan paket stimulus senilai 10,4 miliar dolar Australia (7,25 miliar dolar AS) untuk menkonter pelambatan dan mendorong belanja konsumen, sementara Jepang mengambil langkah-langkah yang bertujuan menstabilkan pasar modal yang sedang sakit.
Harga minyak telah turun dari rekor tertingginya di atas 147 dolar AS per barel, yang dicapai pada Juli, karena kekhawatiran atas permintaan dalam perekonomian global yang melambat.
Johnson mengatakan, pemulihan apa pun dalam harga minyak sebagian karena langkah kartel Organisasi Negara-negera Pengekspor Minyak (OPEC), yang akan melaksanakan pertemuan darurat di Wina pada 18 November guna membicarakan dampak krisis keuangan internasional.
"Begitu krisis perbankan dapat ditaklukan, pemulihan di minyak juga akan tergantung pada apakah ada pelambatan dalam pertumbuhan pada tahun depan, dan apakah dampaknya bagi permintaan energi," kata Johnson. (afp/ant/ri)
Selasa, 14 Oktober 2008
Republika
0 komentar:
Posting Komentar