`
English French German Spain Italian Dutch
Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

BI Mulai Longgarkan Likuiditas Valuta Asing; Rupiah Kembali Menguat

Setelah mengamankan ketersediaan rupiah, kini Bank Indonesia mulai melonggarkan likuiditas dollar AS di pasar. Langkah ini bertujuan melancarkan kembali kredit ekspor-impor dan mengantisipasi pelemahan nilai tukar.

”Gejolak ekonomi global masih berlanjut. Mencermati hal itu, BI merasa perlu mengambil langkah antisipatif untuk menjaga kecukupan likuiditas, baik dalam valas maupun rupiah di dalam negeri,” kata Gubernur BI Boediono, Selasa (14/10) di Jakarta.

Ada empat kebijakan terkait pelonggaran likuiditas valas yang diumumkan BI kemarin, yakni perpanjangan tenor pertukaran valas, penyediaan valas bagi korporasi, penurunan rasio giro wajib minimum (GWM) valas, dan pencabutan aturan tentang batasan saldo harian pinjaman luar negeri jangka pendek.

Sebelumnya, BI mengeluarkan kebijakan guna melonggarkan likuiditas rupiah, seperti insentif suku bunga dan tenor untuk fasilitas transaksi gadai (repurchase agreement/repo) penurunan GWM rupiah, dan perluasan jaminan fasilitas pendanaan jangka pendek.

Ketatnya likuiditas memang menjadi persoalan utama dari krisis keuangan global yang terjadi saat ini. Hal itu terjadi karena hilangnya kepercayaan antara bank dan sesama bank atau bank dan nasabahnya. Dampaknya, penyaluran kredit yang menjadi urat nadi perekonomian pun macet.

Untuk membujuk bank agar menyalurkan likuiditasnya, Pemerintah Inggris bahkan sampai harus memberi jaminan pada seluruh transaksi kredit.

Ketatnya likuiditas juga berimbas ke pasar keuangan Indonesia. Pengamat perbankan dan pasar modal, Mirza Adityaswara, mengatakan, ia lebih mengkhawatirkan ketatnya likuiditas dollar AS ketimbang rupiah. Alasannya, ketersediaan rupiah terkontrol sepenuhnya mengingat BI merupakan otoritas pencetak rupiah.

Pengetatan likuiditas dollar AS di dalam negeri jelas lebih sulit ditangani karena pasokannya amat terbatas, salah satunya dari cadangan devisa. ”Apalagi ketatnya likuiditas dollar AS terjadi secara global,” kata Mirza

Likuiditas dollar AS yang ketat di dalam negeri pada akhirnya akan berdampak pada kejatuhan nilai tukar. Permintaan dollar AS yang tinggi di tengah pasokan yang kurang akan memperkuat nilai tukar dollar AS terhadap rupiah. Terbukti tiga hari lalu, rupiah sempat menembus batas psikologis Rp 10.000 per dollar AS.

Dalam penutupan perdagangan kemarin, rupiah kembali menguat ke level Rp 9.708 per dollar AS berdasarkan kurs tengah BI. Kebijakan pelonggaran likuiditas valas akan menjadi upaya lain untuk menahan pelemahan rupiah, selain intervensi.

Ketatnya likuiditas valas juga akan menghambat transaksi pembiayaan untuk ekspor-impor. Bank cenderung enggan meminjamkan dananya. Dari pelonggaran GWM valas, tambahan likuiditas valas yang bisa diserap pasar mencapai 721 juta dollar AS.

BI juga akan menyediakan berapa pun dollar AS yang dibutuhkan korporasi untuk ekspor- impor, bayar utang, atau modal kerja.

Direktur Treasury dan Internasional Bank Mandiri Thomas Arifin mengatakan, dari pengurangan GWM, Bank Mandiri mendapat tambahan likuiditas valas sekitar 100 juta dollar AS. Ini nantinya akan digunakan untuk pembiayaan valas.

Sementara itu, kondisi pasar keuangan semakin kondusif dari hari ke hari. Indeks harga saham gabungan (IHSG) terus menguat menyusul membaiknya kondisi bursa global. Namun, investor diimbau tidak gegabah karena kondisi pasar keuangan dunia masih labil.

Pada penutupan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia, Selasa, IHSG melonjak 94,09 poin atau naik 6,44 persen menjadi 1.555,96. Kenaikan indeks seluruh saham di BEI ini merupakan yang terbesar dalam beberapa pekan terakhir setelah sebelumnya anjlok akibat sentimen negatif terkait krisis keuangan di AS dan Eropa.

Kenaikan yang lebih tinggi dialami Indeks Kompas100. Indeks Kompas100, yang beranggotakan 100 saham dengan kapitalisasi pasar terbesar serta memiliki fundamental yang baik, naik 7,56 persen menjadi 380,71.

Namun, sekalipun indeks mengalami kenaikan cukup tinggi, total nilai perdagangan saham kemarin relatif kecil, hanya Rp 2,36 triliun. Hal ini disebabkan oleh rentang kenaikan dan penurunan harga saham yang dibatasi maksimal 10 persen. Batasan yang diberlakukan BEI sejak Senin lalu itu bertujuan agar pergerakan indeks stabil, tidak terlalu berfluktuasi.

Batas atas ”auto rejection”

Terkait hal di atas, Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Sofyan Djalil meminta otoritas BEI menghapus batas atas auto rejection atau batasan yang dibuat pengelola bursa untuk menolak permintaan pelaku pasar yang memasukkan harga penawaran di luar rentang harga yang ditetapkan.

Hal ini perlu dilakukan agar harga saham BUMN dibiarkan terus meningkat hingga melampaui batas atas auto rejection yang saat ini ditetapkan 10 persen.

Ketua Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan Fuad Rahmany mengatakan, pihaknya sudah mendapat laporan bahwa pelaku pasar meminta agar batasan auto rejection diperlebar. Namun, otoritas bursa tidak bisa membuka batas atas, sementara batas bawahnya dipertahankan. Solusinya, kemungkinan besar batas auto rejection dinaikkan menjadi 15 persen. (FAJ/REI/OIN)

Rabu, 15 Oktober 2008

Kompas

0 komentar:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Enterprise Project Management