`
English French German Spain Italian Dutch
Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Di Bawah Ancaman Minyak

SRI Mulyani bersiap menghadapi kemungkinan terburuk. Menteri Keuangan kita itu sudah mengumumkan sembilan langkah pengamanan APBN 2008, November silam. Sri berkeras, apa pun yang terjadi, momentum pertumbuhan ekonomi 2008 tetap harus terjaga. Bahkan jika harga minyak dunia berada di level rata-rata US$ 90 atau US$ 100 per barel sekalipun. ”Tanpa langkah pengamanan tadi, defisit anggaran bisa bertambah Rp 54,7 triliun,” ujarnya.
Kenaikan harga minyak memang menakutkan. Betul, saat ini, banderol si hitam itu sudah melorot ke bawah level US$ 90 per barel. Tapi, besar peluang harga itu akan melesat lagi. APBN 2008 mengasumsikan harga minyak akan sekitar US$ 60 per barel. Bambang Prijambodo, Direktur Perencanaan Makro Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, mengatakan, harga minyak mentah akan terus mahal hingga kuartal III-2008. Bank Indonesia juga memperkirakan, pada keseluruhan tahun 2008, harga minyak mentah rata-rata akan sebesar US$ 84,8 per barel.
Naiknya harga minyak jelas akan menambah subsidi di dalam negeri. Dan besarnya subsidi itu diduga akan lebih tinggi dari besarnya penerimaan negara dari penjualan minyak mentah. Itu sebabnya, defisit semakin menganga. Sembilan langkah yang diajukan Sri Mulyani itu tadi diandalkan untuk menghemat sejumlah pengeluaran. Caranya beragam, mulai dari mengurangi belanja lembaga negara hingga efisiensi di Pertamina dan PLN. Dari sana, diharapkan bisa terkumpul duit sekitar Rp 54 triliunan (lihat infografik).
Fadhil Hasan, ekonom Indef, menilai sembilan langkah itu diduga mampu mengamankan anggaran. Dalam APBN 2008 itu sendiri, pendapatan negara diperhitungkan akan mencapai Rp 781,354 triliun—terdiri atas penerimaan perpajakan sebesar Rp 591,978 triliun, pendapatan negara bukan pajak Rp 187,236 triliun, dan penerimaan hibah Rp 2,139 triliun.
Tingginya target pajak agak mengejutkan. Sebab, dalam APBN-P 2007, pemerintah justru menurunkan target pajak sebesar 3,84% dari APBN 2007. Target pajak saat ini naik 14,57% dari APBN-P 2007. M.S. Hidayat, Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia, menerima target itu. ”Okelah, asal jangan ditambah pungutan lain-lain lagi,” ujarnya.
Lantas, belanja negara pada 2008 mencapai Rp 854,660 triliun, terdiri atas belanja pemerintah pusat Rp 573,430 triliun dan anggaran ke daerah Rp 281,229 triliun. Dengan begitu, defisit anggaran mencapai Rp 73,3 triliun atau 1,7% dari PDB—yang diasumsikan akan mencapai Rp 4.307 triliun.

MINIMNYA PRODUKSI MINYAK LEBIH MENAKUTKAN
Persoalan berikutnya, ternyata bukan harga minyak saja yang mengancam APBN. Ekonom Faisal Basri justru lebih mencemaskan kemampuan pemerintah dalam menggenjot produksi minyak di dalam negeri. Menurut perhitungan Faisal, setiap kenaikan US$ 10 per barel minyak di pasar dunia akan membuat defisit APBN hanya naik Rp 0,5 triliun. Tidak kelewat besar. Tapi, setiap kali produksi minyak berkurang 50 ribu barel per hari dari target, maka pembengkakan defisit bisa mencapai Rp 10 triliun.
Padahal, setiap tahun, target produksi minyak selalu meleset. Tahun 2007 ini, lifting minyak dipatok sebesar 950 ribu barel per hari. Nyatanya, hanya 910 ribu barel yang bisa tergali. Tahun-tahun sebelumnya, tren yang terjadi juga seperti itu.
Nah, di saat tren produksi minyak selalu tak kesampaian, asumsi APBN bahwa akan ada lonjakan produksi minyak tahun 2008 hingga 1,034 juta barel per hari jadi terasa menggelikan. Bayangkan saja, 93% ladang minyak kita sudah sangat tua. Di sumur-sumur semacam itu, perlu pengeboran lebih dalam untuk mendapatkan minyak dalam jumlah lebih banyak. Dan itu butuh investasi besar.
Itu juga yang membuat Faisal meragukan pertumbuhan tahun 2008 bisa sesuai asumsi APBN yang dipatok sebesar 6,8%. Faisal bilang, pertumbuhan 2008 hanya akan sekitar 6%—atau paling banter 6,5%. Seretnya pertumbuhan itu disebabkan oleh minimnya investasi karena Indonesia masih dinilai sebagai negara berisiko tinggi. ”Tingkat penurunan suku bunga SBI yang hanya dipatok sebesar 0,5% (dari 8% ke 7,5% menurut asumsi APBN 2008, red), membuktikan bahwa kita masih high risk,” ujar Faisal.
Kalangan swasta juga masih ketar-ketir melihat naik-turunnya harga minyak yang berpengaruh pada biaya energi perusahaan. Makanya, kalaupun ada pertumbuhan, bisa-bisa kualitasnya buruk. Akibatnya kemiskinan makin meningkat dan pengangguran tambah membeludak. Kriminalitas dan kekerasan bakal sulit terbendung dan ketimpangan desa-kota atau kaya-miskin bisa semakin jomplang.
Agak merisaukan, memang, prospek perekonomian kita di tahun 2008. Tapi, kita tak sendirian. Amerika juga akan mengalami masalah pelambatan ekonomi di tahun 2008. Bahkan ada kemungkinan resesi yang mengakibatkan menurunnya permintaan Amerika terhadap negara mitra dagangnya.
Betul, ada semacam konsensus di kalangan ekonom bahwa lesunya ekonomi Amerika tidak akan terlalu berpengaruh terhadap dinamika ekonomi Asia tahun 2008. Tapi, belum tentu kita termasuk Asia yang tak terpengaruh itu. Soalnya, Amerika masih menjadi pangsa pasar ekspor kedua terbesar buat negeri ini.

0 komentar:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Enterprise Project Management