Harga minyak mentah dunia merosot lebih dari 4 dollar AS per barrel, Jumat (10/10), karena pasar melihat permintaan minyak bakal turun akibat kondisi perekonomian yang mengarah kepada resesi. Prediksi Badan Energi Internasional menyebutkan permintaan minyak akan sangat merosot.
”Bersamaan dengan harga saham di seluruh kawasan berjatuhan, berkonsekuensi juga pada kejatuhan harga minyak dunia,” ujar Victor Shum, konsultan energi internasional pada Purvin dan Gertz di Singapura. Harga saham di seluruh Asia dan Eropa hari Jumat kembali jatuh bebas.
Situasi jatuhnya harga saham ini kian memastikan pelaku di pasar minyak, permintaan dunia pada komoditas ini akan merosot karena perekonomian yang belum akan segera pulih. Harga saham di Tokyo merosot hampir 10 persen, terburuk dalam dua dekade ini. Harga minyak pun merosot tajam, berada di level 80 dollar AS per barrel.
Harga minyak light sweet untuk penyerahan bulan November di pasar Singapura pun anjlok hampir 5 dollar AS. Minyak yang merupakan kontrak utama di New York Mercantile Exchange turun 4,75 dollar AS menjadi 81,85 dollar AS per barrel. Hari Kamis, minyak jenis ini turun 2,36 dollar AS menjadi 86,59 dollar AS per barrel di New York.
Harga minyak Brent Laut Utara untuk penyerahan November turun 4,78 dollar AS menjadi 77,88 dollar AS per barrel. Hari Kamis, Brent yang merupakan patokan perdagangan di London, Inggris, turun 1,70 dollar AS menjadi 82,66 dollar AS per barrel.
Harga minyak Brent yang berada di bawah level 80 dollar AS per barrel ini merupakan yang pertama kali sejak September 2007. Harga minyak pada 11 Juli mencatat rekor tertinggi, 147 dollar AS per barrel.
Harga minyak terus merosot sejak Senin lalu, menyusul kejatuhan harga saham di seluruh bursa dunia dan menguatnya dollar AS. Pasar minyak kini lebih dipengaruhi kondisi perekonomian dunia yang tidak menentu, yang berakibat pada merosotnya permintaan minyak mentah dunia. Di sisi lain, belum ada perkembangan geopolitik yang bisa memengaruhi naiknya harga minyak.
Laporan IEA
Harga minyak Brent yang jatuh di bawah level 80 dollar AS per barrel terutama didorong oleh laporan prediksi permintaan dunia yang dikeluarkan Badan Energi Internasional (IEA). IEA dalam laporan bulanannya mengatakan, permintaan minyak dunia akan melemah seiring dengan harga minyak yang tinggi dan prospek pertumbuhan ekonomi yang suram.
IEA, yang merupakan penasihat kebijakan energi pada negara- negara industri utama, memperkirakan adanya penurunan permintaan minyak pada 30 negara anggota Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD).
”Ada pengurangan permintaan sebesar 360.000 barrel per hari,” papar IEA. Revisi ini berarti permintaan minyak OECD tahun ini menjadi 48,1 juta barrel per hari. IEA juga memperkirakan permintaan minyak negara industri terkemuka, termasuk Inggris, Jepang, dan AS, turun 360.000 barrel per hari menjadi 47.5 juta barrel per hari pada tahun depan.
Laporan IEA ini membuat pasar bereaksi dengan penurunan harga minyak lebih dari 4 dollar AS per barrel, Jumat. Harga minyak diperkirakan masih akan terus turun seiring dengan harga saham dunia yang masih juga belum pulih.
Situasi harga saham yang terus memburuk di bursa Rusia, yang banyak menjual saham perusahaan minyak dan gas, memberi sinyal harga minyak dunia masih akan terus merosot.
Analis menyebutkan, harga minyak bisa menyentuh level 75 dollar AS per barrel akhir tahun ini, bahkan menjadi 50 dollar AS per barrel.
Laporan Departemen Energi AS soal cadangan minyak AS yang naik 8,1 juta barrel per 3 Oktober ikut menekan harga. Pasar tadinya memperkirakan cadangan AS hanya naik 2,3 juta barrel.
Pasar juga memerhatikan rencana negara-negara pengekspor minyak, OPEC, mengadakan pertemuan darurat di Vienna, Austria, bulan depan. Pertemuan ini membahas krisis keuangan dunia dan dampaknya pada permintaan energi. Analis berpendapat, OPEC akan mengurangi produksi minyak sekitar 30 juta barrel per hari guna mempertahankan harga minyak agar tetap tinggi.
OPEC dengan 12 negara memasok sekitar 40 persen dari kebutuhan minyak mentah dunia. Dalam pernyataannya, OPEC menegaskan sangat prihatin dengan krisis keuangan, penurunan kondisi perekonomian, dan dampaknya pada permintaan energi dunia. (Reuters/AFP/AP/ppg).
Sabtu, 11 Oktober 2008
0 komentar:
Posting Komentar