Apa yang terjadi terhadap perekonomian Asia, bila harga minyak mentah dunia mencapai 200 dollar AS per barrel pada akhir 2008 ini? Berdasarkan skenario yang dirilis Yiping Huang, analis ekonomi Citi seperti yang diperoleh Kompas.com, Jumat (23/5), Indonesia, bersama-sama Thailand, Malaysia dan Taiwan akan menjadi negara yang sangat terpukul akibat kenaikan tersebut. Sedang perekonomian China dan India akan terlindungi karena adanya subsidi minyak.
Menurut Huang, setiap kenaikan harga minyak 10 dollar AS per barrel, akan membuat perekonomian Asia, melambat sekitar 0,22 persen. Dan dengan naiknya harga minyak mencapai 200 dollar AS sebelum akhir tahun atau rata-rata 147 dollar AS per barrel pada tahun 2008 dibanding tahun lalu yang 72 dollar AS per barrel, akan membuat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Asia turun 1,5 persen. Dengan harga 200 dollar AS per barrel, sebutnya, laju inflasi juga akan meningkat sekitar 3,5 persen.
"Perkiraan kami saat ini, PDB Asia tahun 2008 akan mencapai 7,5 persen turun dibanding 8,7 persen pada tahun lalu. Melonjaknya harga minyak akan membuat risiko penurunan ekonomi semakin besarnya," katanya.
Indonesia sendiri sudah berancang-ancang untuk menaikkan harga BBM, karena tidak kuatnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menanggung subsidi BBM akibat melonjaknya harga minyak mentah dunia yang mencapai 135 dollar AS per barrel.
Dengan naiknya BBM yang rata-rata 28,7 persen, menurut Bank Indonesia (BI) laju inflasi 2008 akan melampaui 12 persen, melonjak dua kali lipat dibanding dua tahun sebelumnya yang berada dikisaran 6 persen. Yang berarti pula meleset jauh dari target semula yang ditentukan, yakni plus minus 1 persen.
Menurut Ekonom BNI, A Tony Prasentiantono, inflasi tinggi yang berkepanjangan akan membahayakan perekonomian. Awalnya, inflasi atau kenaikan harga akan menurunkan daya beli masyarakat, terutama yang miskin. Berikutnya, investor dan pelaku usaha akan mengerem ekspansinya karena permintaan konsumen turun, keuntungan pun berkurang. Dampak yang lebih luas, pertumbuhan ekonomi akan anjlok.
Sedangkan pengamat pasar uang Farial Anwar, menyebutkan tingginya inflasi akan mmebuat investor asing dan domestik melepas rupiah, karena inflasi tinggi membuat suku bunga riil aset rupiah menjadi negatif. Sehingga nilai uang yang diinvestasikan akan berkurang. Kejatuhan nilai tukar yang dalam akan membuat perekonomian chaos. Kondisi ini akan bertambah sulit jika perbankan juga menaikkan suku bunga kreditnya.
Kompas
Jumat, 23 Mei 2008
0 komentar:
Posting Komentar